Mengenal Filosofi Teras (Filosofi Stoicism/Stoikisem)
FILOSOFI TERAS/FILSAFAT STOICISM
Halo Sahabat Web ku terkasih, puji Tuhan saya memiliki kesempatan ditengah kesibukan pribadi untuk menulis artikel di laman blogger Damai Mudaku yang diadmini oleh saya, so, akhir-akhir ini saya suka sekali belajar dasar ilmu Filsafat, dan saya banyak mengenal beberapa aliran dari ilmu filsafat tersebut, salah satunya aliran filsafat Stoicism/Stoik, yang dikenal di Indonesia dengan nama Filosofi Teras sesuai dengar arti kata Stoa [Greek:Στοά] yang dapat diartikan Beranda.
Madzhab Filsafat Stoik ini adalah salah satu aliran filsafat kuno yang lahir di awal abad ke-3 Sebelum Masehi, di kota Atena oleh seorang filsuf bernama Zeno orang Citium, beberapa menuliskan bahwa Filosofi Stoik ini resmi terbentuk pada abad ke 108 Sebelum Masehi.
Pada masanya aliran ini banyak sekali diikuti dikarenakan tidak bertentangan dengan norma-norma agama dan manusia, juga amat mudah difahami oleh orang awam, terlebih orang-orang yang menderita [kemiskinan] banyak mengikuti aliran ini yang bertujuan memperoleh kebahagiaan sejati ditengah jeratan kehidupan.
Setelah Bapa Zeno orang Citium mendirikan aliran filsafat Stoa ini, kedepannya mulai bermunculan filsuf-filsuf lainnya yang meneruskan aliran filosofi Stiokisem ini, yakni; Chrissipus dari Soli, Cleanthes dari Assos, SEneca MUda, Cicero, Epictetus, dan Marcus Aurelius. Kamus Filsafat Terbitan Cambridge membagi para filsuf-filsuf ini menjadi tida bagian;
Pertama angkatan Stoa awal terdiri dari Zeno orang Citium (334-262SM), Chrisipus (280-206), dan Cleanthes (331-232).
Kedua angkatan Stoa tengah yang terdiri dari Panaetius (185-110 SM) dan Posidonius (135-50 SM) dari Rhodes, yang mempengaruhi Cicero (106 SM -43 M).
Dan Ketiga angkatan Stoa akhir atau Stoa Romawi, yakni
icero (106 SM -43 M), Seneca Muda (1-65M), Epictetus (55-135M), dan Marcus Aurelius (121-180M)
Jujur saya sangat suka dengan filosofi ini, karena bisa dianut oleh semua kalangan baik kalangan konglomerat, menengah bahkan bawah sekalipun, dimana filosofi ini mencoba menggapai kebahagiaan walaupun kita dalam keadaan susah tanpa memikirkan rasa susah tersebut.
Filosofi ini juga lebih menekankan moralitas manusia, yang mengajarkan agar kita selaku penganut Stoa menemima "narimakeun" apa yang ada, dan apa yang sudah mutlak tidak bisa dirubah gak udah dipaksakan untuk diiubah karena itulah salah satu penyebab manusia bersedih hati, filosofi teras ini menuntut kita untuk hidup sesuai hukum alam sebab dan akibat, dimana kita menghindari rasa takut akan segala hal dan menumbuhkan rasa cinta kasih dan persaudaraan sesama manusia.
Contoh apabila kita dihina orang seorang stoa tidak boleh menghina balik justru lebih baik diam saja dan gak usah dipedulikan, karena sudah hukum alam bahwa sifat manusia memang demikian, tetapi sifat seperti itu bukanlah sifat yang baik bagi seorang stoa.
Seorang stoa dituntut untuk tidak menginginkan hal-hal yang diluar kemampuannya, karena dengan keinginan yang luhur melebihi batas kemampuan pribadi dapat mempengaruhi keadaan hati sehingga apabila sudah diusahakan namun tidak berhasil malah akan membuat diri bersedih dan tidak berbahagia, stoikisem lebih menekankan kerendahan hati, menerima apa yang ada, menghilangkan fikiran-fikiran negatif dan jangan mudah terpengaruh dengan hal-hal diluar batas dirinya, selalu berfikir baik dan menghibur diri dengan kebaikan.
Para stoik meyakini bahwa Yang Mutlak memberikan nalar kepada manusia dan hewan , dimana dengan nalar manusia bisa manata kehidupan didunia, so jadi manusia ini salah satu makhluk yang penting dalam tatanan ciptaan Yang Mutlak, untuk mengatur dan mengolah segala ciptaan-Nya ini, yang berarti apabila manusia merusak tatanan alam yang ada berarti itu sama artinya mengancam kelangsungan hidupnya sendiri, dapat dfahami pula bahwa eksistensi manusia ini berkaitan eratnya dengan eksistensi lain disekitarnya.
Seorang sophis yang bijak yang diliputi ide-idenya itu harus hidup sesuai dengan idenya tersebut, para stoik dituntut untuk tidak berangan-angan dengan ide-ide yang tinggi tanpa mencoba mewujudkan ide-idenya tersebut, karena dengan demikian dapat mempengaruhi kebahagiaan diri, menyiksa batin dengan ketidak puasan karena tiada wujudnya hal yang tak dikehendaki.
Seorang Stoik juga jangan merasakan takut akan adanya kematian, hantu, kejahatan, peristiwa-peristiwa buruk yang mengganggu kebahagiaan, karena itu sudah menjadi hukum alam, bukan berarti seorang stoik melepaskan kepercayaan kepada hal-hal tersebut, tetapi mencoba meluruskan nalar kita agar tidak dikendalikan oleh emosi dan nafsu yang muncul karena hal-hal itu, dan dengan meluruskan nalar kita ini dapat mengendalikan perilaku diri dalam menghadapi segala hal tersebut.
Hidup stoik juga tidak lupa selalu melibatkan Tuhan/Sang Theos dalam kehidupan sehari-hari, sebab hidup kita ini merupakan tatanan dan ketetapan Sang Mutlak, dimana manusia juga diberikan-Nya kuasa untuk bertindak sesuai kebaikan-Nya.
Mungkin sekian dari tulisan saya tentang Aliran Filsafat Stoicism ini, kedepannya bakal kita kupas lebih dalam lagui tentang aliran filsafat paling populer ini. Ini sekedar dasarnya saja, dan saya still have to reading about it supaya bisa lebih faham dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
So, moga manfaat.
Makasih
Salam Damai!
Haz E. John Ridwan Molyana
Komentar
Posting Komentar